Posts tagged ‘IPD’
imunisasi pneumokokus,perlukah?
waktu gus ata imunisasi DPAT-HiB, DSA kami langsung bertanya, “bulan depan ibu imunisasi pcv kan?”
“pcv, apa itu dok?” dengan pandangan kosong saya bertanya pada dokter. maklum, di buku sehat yang dari rs sepertinya imunisasi ini tidak pernah disebut-sebut.
“pcv, buat mencegah pneumokokus, memang agak mahal sih, 800 rb, kita juga sudah mengeluh pada IDI tapi belum juga ada tanggapan tuh.”
haa? 800 rb? saya pikir imunisasi DPAT-HiB gusata udah yang paling T-O-P (baca : mahal) di antara imunisasi lain,ternyata ada yang lebih mahal lagi?
DSA kami lalu mengeluarkan brosur dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) mengenai pneumokokus.
ini sepintas isinya:
apa yang harus ibu ketahui tentang Pneumokokus (IPD/invasive pneumococcal disease) :
- pneumokokus (IPD) disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (Pneumokokus)
- bakteri ini hidup secara normal di rongga hidung dan tenggorokan
- penularannya melalui percikan ludah ketika batuk, berbicara dan bersin
- penyakit iniberakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian/cacat permanen
selanjutnya, saya jadi tahu kalo vaksin ini diproduksi secara eksklusif oleh Wyeth (dan hanya dapat diperoleh dengan harga mahal), serta belum ada data penyebaran penyakit ini di Indonesia. Brosur tersebut hanya menjelaskan data penyebaran di ASIA, tepatnya di Filipina, Hong Kong, SIngapura dan Malaysia. Entahlah dengan Indonesia. memang harus diakui bahwa Singapura dan Malaysia sangat dekat dengan Indonesia, tetapi entah penyakit ini sudah ada di Indonesia atau sudah ada tetapi belum ada yang meneliti penyebarannya. Kalau memang sudah tersebar di Indonesia dan sudah ada hasil penelitiannya, mengapa itu tidak dicantumkan dalam brosur resmi IDAI?
Jangan-jangan ini salah satu vaksin mahal yang didapat dari negara-negara berkembang dengan gratis untuk membuat kaya produsen vaksin tertentu? wah, gara-gara baca buku menkes kita, Siti Fadilah Supari, saya jadi punya pikiran curiga (baca: analitis-kritis) begini hehehe. Ceritanya, mau ikut-ikutan cara berpikir beliau. Masalahnya satu. HARGAnya itu, loh! Sebenarnya sih, kalau mengikuti naluri ibu-pelindung-anak dalam diri saya, saya akan membiarkan anak saya disuntik seribu jenis vaksin asal itu memang aman bagi anak saya. Tetapi kalau liat harganya? dan perlu ga,sih? karena menurut ibu saya, rupanya saya berhasil mengarungi hidup dan tumbuh dewasa dengan sehat tanpa vaksin ini.
Jadi, bagaimana keputusannya, nih?
saat ini sepertinya sih ditunda dulu, yah…sampai informasi/rejeki lebih lanjut hehehe
komentar